#TalkWith GWP Badut Oyen
Selamat Malam! Akhirnyaaaa... setelah berusaha enusekitar 2 jam untuk mendapatkan sinyal, bisa posting! Yeay! Gue udah berpikir bahwa , malam ini bakalan telat update, ternyata nggak, fyuh. Tahu dong sekarang saatnya posting apa? #TalkWith! Kali ini kita kedatangan penulis-penulis yang baru saja melahirkan karya tebarunya.
Penulis-penulis? Berati nggak Cuma 1 dong?
Yap! Tepat sekali. Mereka adalah, kak Ratih, kak Kiky dan
kak Marisa. Dan, mereka baru mengeluarkan
novel dengan judul Badut Oyen. Jadi, satu novel dikerjakan 3 orang. Kebayang
nggak sih nulis novel estafet? Kalau yang ada dipikiran gue, ‘Gimana caranya?’.
Ya, secara kan setiap orang gaya
nulis itu berbeda, apa bisa disatukan? Oh iya, mereka bertiga ini dari Gramedia Writing Project, tahu kan? Yang suka nulis dan ikutan lomba, pasti tahu.
Novel ini bercerita tentang seorang badut bernama Oyen yang tewas gantung diri lengkap dengan kostum badutnya. Tidak ada yang menyangka bahwa Oyen akan melakukan hal tersebut. Beberapa hari setelah kematian Oyen, ada hal aneh terjadi di kampung, mulai dari penampakan hantu badut, dan ditemukannya warga tewas dalam kondisi yang tidak wajar. Warga menyimpulkan, bahwa Oyen meminta tumbal.Lalu, ada apa dengan Oyen? Bagaimana ia bisa tewas dengan cara seperti itu? Apa Oyen bunuh diri? Atau, ada yang sengaja membunuh Oyen? Tapi, siapa?
Penasaran? Beli gih bukunya, terus baca sampai selesai, biar nggak penasaran, hahaha :p
Gue juga baru beberapa hari yang lalu selesai baca novel ini, Gue speechless pas selesai baca novel ini, wow banget. Cuma bisa bilang 'Gila, ternyata akhirnya begini.'.Novel ini keren banget! Alur cerita, gaya nulis dsb. Endingnya nggak gampang ditebak. Pokoknya, kalian
harus baca!
Covernya lucu, badutnya bawa palu berdarah. |
Oke, mau tahu keseruan gue ngobrol bareng penulis-penulis Badut Oyen? Mari dilanjut!
Dwi Ratih Ramadhany |
Rizky Novianti |
Marisa Jaya |
---
Halo semuanya!
Sebelumnya, makasih ya, sudah mau aku ajak ngobrol disini, hehe. Karena aku
suka banget sama Badut Oyen, mau tanya-tanya sedikit nih tentang novel ini. Kok
bisa sih nulis 1 novel barengan?
Kiky: Dari ajang GWP, Gramedia Writing Project. Awalnya,
gramedia bikin lomba nulis. Terus, dari sekian banyak tulisan yag masuk Cuma 20
finalis yang beruntung. Dan, bis aikutan workshop yang diadakan gramedia dan
Mbak Clara Ng.
Nah setelah kepilih 20 peserta, kita disaring lagi. Kita
dibagi beberapa grup dan disuruh nulis estafet. Tiap grup dapat secarik kertas
kecil, dengan isi penggalan cerita dan kita disuruh mengembangkan cerita
tersebut.
Setiap grup ada 3 orang, kebetulan Aku, Marisa dan Ratih
se-grup. Tujuan latihan itu supaya kita bisa nyamain ide, pikiran dan gaya
nulis.
Badut Oyen sendiri murni ide Mbak Clara.
Saat aku baca
Badut Oyen itu, nggak kerasa kalau novel ini ditulis 3 orang. Itu gimana
caranya?
Marisa: Kalau soal Badut Oyen yang nggak kerasa 3 orang,
thanks banget Kak Asty editor kita yang rela begadang demi maksimalnya Badut Oyen.
Ratih: Nyamain tulisan? Awalya nggak sama, tapi, lama
kelamaan setelah halaman demi halaman terlewati, akhirnya bisa saing menyesuaikan.
Yeaaay, Kak Asty idolaaa. Editor super sabar!
Selama nulis Badut Oyen ini ada kendalanya nggak?
Marisa: Kendala, kalau dia aku. Ya itu, nyatuin gaya nulis yang beda. Terus, waktu. Kita juga harus konsisten nulis setiap harinya. Jadi, kadang waktunya keteteran karena kuliah, dsb.
Ratih: Aku Idem sama Marisa. Kalo aku, selain itu, mungkin membiasakan diri nulis novel. Karena, nafas novel lebih panjang daripada cerpan.
Kiky: Kendala di aku, jaringan internet. Karena kita diskusi via WA. Selebihnya, sama kayak Marisa.
Marisa: Pokoknya diantara kita bertiga yang paling disiplin soal nulis, Mbak Kiki, hehe.
Kiky: Ah, masa sih..
Ratih: Iya tuh, yang paling on time kak Kiki.
Temanku,
Fathiya. Dia suka juga sama novel ini. Dia bilang, novelnya seru! Dia juga
nitip pertanyaan, Badut Oyen ini karya keberapa?
Marisa: Kalau aku, ini novel perdana, hehe. Sebelumnya
suka nulis fanfiction atau disimpan aja di dalam laptop.
Ratih: Kalau aku, ini novel pertama. Biasanya aku suka
nulis cerpen.
Cerpen sudah
pernah ada yang dibukukan atau udah sering majang di majalah-majalah?
Ratih: Cerpenku Cuma masuk di beberapa antologi aja sih.
Yang dimuat dikoran juga Cuma 1.
Kiky: Aku ada beberapa antologi cerpen dan puisi. Yang dikoran
Cuma puisi-puisi, cerpen belum pernah.
Wow. Kakak-kakak disini sudah berapa lama terjun ke dunia kepenulisan?
Ratih: Aku nulis baru 2012 akhir
Marisa: Kalo suka nulis dari pertama bisa nyusun kalimat yang padu, udah suka buat cerita.
Kiky: Aku sudah lama. Tapi, baru benar-benar nekunin sejak SMA
Sekarang lagi
nyiapin naskah baru nggak nih?
Marisa: Aku sih… hahaha. Ratih dan Mbak Kiki tuh, pasti
lagi nyiapin naskah #bocoran
Ratih: Marisa jugaaa… Kami lagi menyiapkan naskah solo,
doakan ya!
Kiky: Marisa tuh #bocorin balik
Hasik deh!
Ditunggu karya terbarunya Kak Marisa, Kak Kiki dan Kak Ratih! Aku juga lagi
nyiapin naskah perdana nih, doain juga ya! Hihihi
Ratih: Yeaaay! Semangat nulis ya, Ailsa!
Marisa: Mantaaap! Wah Ailsa, genre apa?
Kiky: Mantap.. cemungud!! Hahaha
Ailsa: Genre teenlit.
Tapi, bukan teenlit yang menye-menye gitu. Pokoknya, beda deh dari yang lain,
huahaha. *loh kok, jadi ngomongin aku ya haha*
Menurut kakak-kakak
disini, menulis itu ibaratkan apa sih?
Kiky: Menulis itu ibarat bicara. Kalau nggak ngomong
seharian, gimana rasanya? :p
Ratih: Bagiku, menulis ibarat memahat kayu. Butuh
ketekunan.
Marisa: Menurut gue, nulis itu ibaratkan, lompat ke
dimensi yang beda. Dunia yang diciptakan sendiri.
Kalau lagi stuck atau writers block biasanya ngapain? Punya sesuatu yang unikkah?
Kiky: Nggak unik sih, biasa aja. Menggambar, dengerin music,
nonton. Yang paling sering sih, menilik
kebelakang, kayak ngumpulin denda gitu, supaya emosi dan semangatnya kembali
dapat.
Siapa sih penulis yang menginspirasi kakak-kakak
disini?
Marisa: Alberthine Endah, Agnes Jessica, Esti Kinasih
dan Linda Howard
Ratih: Intan Paramadhita, Ayu Utami, Seno Gumira
Ajidarma dan Eka Kurniawan.
Kiky: Wiwien Winarto
Disini kalian
lebih banyak nulis cerpen, gimana sih caranya nulis cerpen biar nggak
bertele-tele dan pendek tapi greget
Ratih: Biar nggak bertele-tele, bisa mengunakan
deskripsi tokoh, deskripsi suasana, atau deskripsi gerak sesuai kebutuhan.
Biasanya, seperlunya aja biar seimbang dan nggak numpuk satu paragraph.
Pernah nggak
sih di tolak naskahnya sama penerbit?
Ratih: Aku belum pernah ngirim ke penerbit. Kalau
ditolah majalah/koran, pernah beberapa kali.
Terakhir nih,
kasih pesan-pesan dong buat mereka yang habis baca ini. Biasanya, kata-kata dari
penulis yang sudah menghasilkan buku, suka jadi motivasi buat kita-kita yang
belum menerbitkan buku.
Kiky: Nulis itu nggak boleh nunggu mood. Dijadiin kayak
kewajiban aja. Misalnya, setiap hari harus ngirim 7 halaman. Ya, tiap hari
harus nyetor ga boleh nggak, apapun alasannya
Masalah penerbit, setelah tulisan kita kelar, baru kita bisa
cocokin ke penerbit mana.
Ratih: Jadikan menulis itu sebagai kebutuhan, agar tidak
terasa seperti beban. Banyak baca dan tanggap jika ada ide yang seliweran.
Karena, ide cemerlang kadang datang tidak diterka, dan kita harus selalu siap
menangkapnya.
Thanks banget
udah dikasih kesempatan ngobrol-ngobrol sama Kak Ratih, Kak Marisa dan Kak
Kiki. Sukses terus untuk menulisnya, ditunggu karya berikutnya! Aku akan beli!
Hahaha
Ratih: Tengkyu ya, Ail. Semangat menulis!
Kiki: Aamiin. Kembali kasih, Ail!
--
Seru, kan? Bilang, Iya! haha. Oke, ini udah #TalkWith ke 4. Gue ngerasa, ini masih gini-gini aja. Gue butuh kritik dan saran dari kalian semua, agar di #TalkWith selanjutnya ada kemajuan. Kritik dan saran bisa dikirim ke ailsafthr@gmail.com . Kritik dan saran dari kalian, sangat gue tunggu!