Razia oh Razia
Selamat Siang! Polisi dan Razia. 2 kata yang sangat di
takuti oleh para remaja –termasuk gue- yang belum mempunyai surat izin
mengemudi a.k.a SIM. Bukan hal aneh kalau melihat anak-anak dibawah umur sudah
bisa mengendarai motor atau mobil di jalan raya
-termasuk gue lagi-.
Kemarin pas gue
mau berangkat ke Cikeas ada razia di depan Mekarsari, karena masih sayang sama
isi dompet, gue lebih memilih buat putar arah mencari jalan pintas untuk sampai
ke Cileungsi. Untung pas tahu ada
polisi itu dari jauh, tapi, walaupun
dari jauh, kaki gemeteran tjooooy!
Entah kenapa kalau ketemu sama polisi kaki gue selalu begitu.
Pernah juga beberapa Minggu yang lalu gue sama Ayu mau ke
Gramedia Depok. Rada nekat juga sih,
padahal udah tahu kalau Depok itu sarangnya razia. Tiap tikungan polisi suka
muncul tiba-tiba dan siap buat nilang. Karena modal nekat sudah kuat,
berangkatlah siang itu ke Gramed. Awalnya mau lewat jalan pintas, tapi si Ayu lupa jalannya. Karena dia sudah
nggak bisa ditanya-tanya soal jalan, akhirnya kita memutuskan lewat jalan
biasa. Yang nantinya akan lewat jalan Juanda dan Margonda –sarangnya razia-.
Daaaan, benar saja! Baru mau belok ke Juanda ada yang teriak-teriak, “Puter balik! Razia! Razia”. Dari ujung
keliatan polisinya udah lirik-lirik.
Gimana dong? Masa harus lewat ke kelapa dua? Balik lagi
dong? Haiks! Karena nggak ada pilihan lain, ya, dengan terpaksa puter arah dan
terpaksa juga lewat kelapa dua yang jaraknya lumayan jauh dari situ. Setelah
Tanya-tanya, kalau mau ke kelapa dua itu harus lewat jalan Raya Bogor. Okay,
dengan semua kenekatan yang telah terkumpul, gue mulai mencari jalan, Tanya
kanan-kiri.
Jam sudah menunjukan pukul setengah 12 siang, tapi, kenapa
belum sampai juga? Sambil bawa motor dan kepala celingak-celinguk ke kanan-kiri, tiba-tiba…. Jreng jreng! ITC
CIJANTUNG! INI DIMANAAAAA? HAAAA! GUE MAU KE DEPOK, KENAPA MALAH KE CIJANTUNG?
ADUH, CAPS LOCK KENAPA NYALA TERUS SIH. KOK BEGINI SIH? HIH!
Maaf, tadi caps locknya tadi keseleo. Sebenenya sih,
gue bukan mau nyeritain tentang nyasar-nyasar ke Cijantung, dan yang tadi
anggap curhat *ditimpukin yang baca*
---
Buat apa ditilang kalau masih bisa ‘kabur’ dari hukuman? Kaburnya
bukan langsung lari begitu aja, tapi, kabur dengan cara nyogok. Yang sudah biasa pasti suka menggunakan kata-kata ini “Udahlah,
Pak. Damai aja *sodorin uang 20rb*” Iya kan? Nggak usah ngeles deh…
Menurut gue sih,
percuma kalau ada razia kalau nggak ada tindakan yang bikin si pengendara itu jera. Ya itu tadi, cuma
ngeluarin uang 20rb, masalah selesai.
Gimana mau bikin kapok kalau hanya begitu saja? Kalau di iklan atau lagi
diliput sama wartawan pada nggak mau nerima sogokan. Tapi kalau nyatanya? Banyak
yang masih menerima sogokan. Eh, nggak tau juga sih, mungkin ada juga yang masih ‘bersih’ dan nggak mau nerima
sogokan. Semoga saja.
Remaja di bawah umur yang membawa kendaraan sendiri itu
pasti dia punya perhitungan sendiri, misalnya, biar nggak telat masuk sekolah.
Kenapa jalannya nggak
lebih pagi, lalu naik angkutan umum?
Yakali mau dateng ke sekolah jam 5 pagi, satpamnya aja belum
dateng. Andaikan kalau jalanan bebas macet dan ada kendaraan khusus untuk
pelajar seperti di Negara-negara lainnya. Malahan, kalau tidak salah, di
Amerika itu ada bus, dan kalau penumpangnya adalah pelajar atau mahasiswa,
gratis! Pasti kalau di Indonesia ada yang seperti ini, mereka juga akan lebih
memilih naik angkutan umum dibandingkan kendaraan pribadi, yang harus ngisi
bensin sendiri.
Lagipula, nggak semua pengendara dibawah umur ugal-ugalan,
ya, kayak gue gini lah *angkat kerah*. Walaupun kenyataannya, kebanyakan yang
ugal-ugalan dan tidak mematuhi peraturan speerti, memakai helm.
---
Mau tahu tips biar nggak kena tilang? Simak!
1.
Bawa surat-suratan yang lengkap!
Yang ini sih udah pasti ya. Biasanya, orang kena tilang
karena nggak punya surat-suratan yang tidak lengkap. Tapi, bisa juga kena
tilang gara-gara tutup pentil ban nggak ada. Atau juga, karena tidak memakai
helm.
2.
Perhatikan sekeliling
Perhatikan jalan baik-baik, kalau jalanan disamping kalian
penuh dan tidak seperti biasanya, kemungkinan besar di depan ada razia. Atau
lihat saja di pinggir jalan, jika banyak pengendara motor yang bergerombol dan
sedang memerhatikan gerak-gerik seseorang, patut curiga. Bisa jadi itu polisi.
Gue pernah salah sangka, kirain
pengendara motor yang bergerombol itu mau konvoi, karena gue tidak tahu, ya,
lanjut jalan aja. Pas di depan… jreng jreng!! Polisi banyak banget tjoy. Balik lagi? Nggak mungkin!
Bisa-bisa langsung di Tarik kepinggir sama polisinya. Karena sudah terlanjur,
gue berusaha tenang –padahal kaki gemeteran- dan terus meng-gas motor tanpa
henti.
3.
Kedip-kedip
Kalau kalian merasa cantik dan kece dan sudah terlanjur di Tarik
kepinggir sama polisnya, ada baiknya kedip-kedip sambil berusaha kabur. Siapa
tahu polisinya bengong terpesona dan tanpa
sadar membebaskan kalian. Apalagi kalau yang kedip-kedipnya cowok, beh, pasti
udah disuruh pergi duluan sama polisinya. Jijay tjoy, dikedipin sama sesama cowok XD
---
Sebaiknya sih
kalau mau bawa kendaraan, sudah punya surat-suratan yang lengkap dan sudah ada
di batas umur yang sudah ditetapkan, Kalau terpaksa membawa kendaraan, patuhi
aturan mainnya ya!
Inti postingan kali ini… silahkan simpulkan sendiri! Babay!
*kabuuuuur*
NB: Guys, kalau ada yang punya info bedah buku, dalam waktu
2 minggu ini, kasih tau di kolom kometar ya! Tapi di daerah, Jakarta, Depok,
Bogor atau Bekasi. Tararengkyu!